Anjing adalah tipe hewan peliharaan yang paling menyenangkan buat gue. Salah satunya adalah, karena kesetiaanya kepada sang majikan. Pernah nonton film yang berjudul “Hachiko” kan? Seperti itulah salah satu bentuk kesetiaan anjing. Ada lagi yaitu, anjing mudah untuk dilatih dan berlatih. Coba saja nonton film “Air Bud” atau sejenisnya.
Kadang juga anjing menyebalkan buat sebagian orang, khusunya gue. Terutama pada saat gue masih TK. Gue pernah dikejar – kejar oleh anjing sampai gak tahu mau berhenti lari dimana. Gue lari sampai itu anjing berhenti ngejar gue, dan..... anjing itu pun masih setia mengejar gue. Gue Cuma bisa teriak sambil mengharapkan ada yang mau menolong gue, setidaknya nemenin gue lah lari dikejar anjing.
Anjing gak bisa diprediksi kapan dia bisa cocok sama manusia, kapan dia bisa tidak cocok. Jelas itu terjadi, karena anjing dan manusia beda spesies. Anjing berkaki empat, manusia berkaki dua. Anjing Cuma bisa menggonggong, manusia Cuma bisa bicara.
Sayang, mereka gak bisa bicara dengan manusia. Andaikan mereka bisa bicara, gue pasti pingsan. Ya iyalah. Secara, mana ada hewan seperti anjing bisa bicara? Tapi, tanpa mereka bicarapun, gue sebisa mungkin harus tahu apa yang mereka inginkan dari manusia, khusunya gue karena telah memilih anjing sebagai salah satu hewan peliharaan gue.
Dengar mitos, kata orang, kalau anjing itu menggonggong saat tengah malam, apalagi jam 3-an, berarti tandanya ada sanak family yang telah tiada datang mengunjungi rumah kita. Gue gak terlalu percaya sih sama mitos kayak gituan. Yang gue tahu, kalau anjing gue pada saat jam segitu mengonggong, berarti tandanya dia kelaparan.
Kadang, anjing gue selalu diam gak pernah menggonggong. Pernah gue menduga kalau anjing gue ikut program demo dengan kagak menggonggong. Emang, dia mau demo apaan? Makan udah dikasih setiap hari, tempat (baca: kandang) sudah di bersihin setiap hari? Hiburan udah dikasih dengan mengunjungi kandangnya atau mengajak dia jalan – jalan. Lalu apa? Masa dia mau minta naik gaji? Emang anjing gue kerja apa?
Pertama kali gue ngerawat anjing yang bernama Belo, pernah dia kagak pernah menggonggong hampir berminggu – minggu. Belo juga malah sering gak pernah makan. Setiap gue bersihin kandangnya, makanannya selalu penuh, sama seperti sebelumnya. Dicek kesehatannya, dia gak sakit. Cuma gak nafsu makan saja.
Hingga suatu pagi, gue dibangunkan oleh bapak gue sambil berkata kalau Belo sudah mati. Otomatis, gue terkejut dan langsung kekandang. Gue lihatin dia sudah terkujur kaku didalam kandang itu sambil dikelilingi beberapa cairan yang keluar dari tubuhnya. Gue sedih saat itu.
Itulah sedikit cerita antara gue dan hewan peliharaan gue. Gue dan Belo memang beda spesies. Kami pun tak bisa saling mengetahui karena tidak bisa bicara satu sama lain. Tapi, dari situ gue sadar kalau gue dan Belo harus saling mengerti agar sama – sama senang. Belo senang karena dapat perhatian dari gue, gue juga senang karena bisa memlihara anjing dengan baik.
Banyak keributan yang terjadi didunia ini memang karena faktor perbedaan. Tapi yang lebih penting dari itu karena disebabkan oleh tidak saling mengerti antara kedua belah pihak. Ada orang yang mengatakan “salah paham”. Tapi, andaikan saja orang itu belajar untuk saling memahami, percaya deh kalau keributan itu gak ada, karena sama – sama saling mengerti.
Jadi, belajarlah untuk saling mengerti, dan jangan pernah merasa bahwa lo yang paling benar. Karena kalau lo merasa bahwa lo paling benar, berarti telah muncul bibit awal dari ketidak saling mengerti antar satu sama lain.