Tadi siang sekitar jam dua siang, gue nyalain TV dan menemukan salah satu siaran TV swasta yang acaranya tiba - tiba mengingatkan gue pada masa lalu. "Mau tau acaranya?" Acaranya berupa pertunjukkan seorang pria dewasa yang sedang mencari pengakuan dari penonton di layar kaca dengan mempertunjukkan aksinya melepaskan tangan dari beberapa borgol yang menempel di kedua tangannya tanpa menggunakan kunci. Tadi sempat gue hitung kalau borgolnya ada sekitar lebih dari satu. Ya, lebih dari satu. Kurang lebih 5 borgol yang terdiri dari borgol besar dan borgol mini yang ditambatkan di jari jempolnya. Bagi sebagian orang yang menonton, mungkin aksi pria itu akan menimbulkan rasa penasaran dan kagum akan penampilan pria itu. Saya berani menyimpulkan seperti itu bukan tanpa alasan. Terbukti dari raut muka presenter yang di tampilkan, ditambah efek suara penasaran dan efek suara tepuk tangan yang muncul satu paket di acara itu. Tapi bagi gue, aksi pria itu malah membawa alam pikiran gue kembali mengingat ke masa kecil gue. Tentu saja masih berhubungan dengan borgol.
Kronologi ceritanya, saat itu keluarga besar gue sedang merayakan acara kumpul - kumpul disebuah vila yang ada di kawasan puncak. Tidak ada yang spesial buat gue di acara itu, kecuali saat hari terakhir ketika ingin pulang. Saat itu, Paman gue minta tolong untuk memasukkan sebagian barangnya kedalam mobil. Ketika gue buka pintu mobil dan memasukkan barangnya, mata gue langsung tertuju pada satu titik benda yang sangat jarang sekali gue temui. Borgol.
Karena penasaran, gue pun mencoba borgol itu di tangan, persis mengikuti gerakan pak polisi seperti pada acara kriminal yang ditayangkan di televisi. Awalnya gue sempat ragu, itu karena borgol yang gue pegang berbeda dengan borgol yang dijual abang - abang didepan sekolah SD gue. Yang biasa dijual abang - abang bahannya plastik dan cepet rusak, sedangkan yang gue pegang bahannya keras dan kelihatan kinclong. Tapi, karena rasa penasaran gue lebih besar dari rasa ragu gue, akhirnya, gue cobalah borgol itu di tangan gue.
"Cletek...tek...", begitulah bunyinya ketika borgol menancap di tangan kiri dan kanan gue. Gue serasa lebih keren pada saat itu karena bisa diborgol (entah kenapa gue bangga kalau diborgol?). Saking asiknya menikmati ikatan borgol, gak segan - segan gue menarik kedua tangan gue kearah yang saling menjauh, biar seperti perampok di acara TV yang menjerit minta lepasin sama pak polisi dengan menarik kedua tangannya. Tapi, disitulah kejadiannya! lobang borgolnya semakin mengecil hingga tangan gue kesakitan. Muka gue yang tadinya seneng, berubah jadi nervous. kalau di gambar di emoticon chat, muka gue yang tadinya :) >menjadi> :{. Gue yang saat itu kalap berusaha untuk melepasnya seperti kinerja borgol mainan, mulai dari tarik paksa, hingga di hancurin ke tembok. Tapi hasilnya bukan bikin lepas malah tangan gue jadi lecet. Saat itu gue baru sadar, kalau ini BORGOL SUNGGUHAN.
Satu - satunya supaya borgol ini lepas ya cuma satu, ngadu sama yang punya. Tapi saat itu, gue takut buat ngadu, karena gue make barangnya kan gak bilang - bilang dulu. Gue coba buat nenangin diri. Saat itu, gue berada di tempat parkir mobil yang jaraknya dari vila lumayan jauh, dan saat itu gak ada orang. Lengkap sudah penderitaan gue. Pernah terpikir buat ngadu ke orang tua, tapi sama aja. Bapak gue mungkin lebnih killer dari Paman gue. Bisa jadi, gue malah dimarahin karena main - main sama alat polisi.
Hingga akhirnya gue punya satu solusi. MENANGIS. Ya, solusi ini bagi gue saat itu adalah solusi yang paling bijak sekaligus bodoh. Bijak karena saat gue nangis, kemungkinan yang datang bukan cuma bapak gue atau paman gue yang datang, tapi bisa yang lain seperti ibu gue, adik gue, atau istri paman gue dan semuanya kecuali bapak dan paman gue. Bodoh, karena gue nangis di tempat parkir! "Mana ada yang mau dengar!!" 10 menit berlalu, dan tak ada satupun yang datang. Situasi gue makin parah!
Hingga akhirnya dengan perasaan yang cukup kuat, gue pun menyerahkan diri gue ke polisi, maksud gue paman gue. Gue jalan dari tempat parkir sambil nangis berharap solusi bijak gue berjalan. Dan, anak paman gue datang menghampiri.
"Lo kenapa nangis? siapa yang borgol?" tanya saudara gue itu.
"Ayahmu mana? gue udah gak tahan lagi nih.. sakit..." jawab gue sambil terisak - isak.
Hingga kemudian, bapak gue lah yang datang sambil nanya pertanyaan yang sama seperti saudara gue itu. gue jelasin semuanya sambil nangis, dan bapak gue membalasnya dengan tawa sambil bilang gini " Makanya jangan main - main sama borgol, rasain tuh hhaha", gue makin malu.
Setelah itu, akhirnya paman gue datang dan lagi, dengan pertanyaan yang sama. Dan paman gue menjawab dengan kata bijaknya " wah kamu malah main borgol, berarti ikut Paman pulang ya, kuncinya dirumah, ok".
Gue makin menjerit.
Tapi, untunglah itu cuma candaan Paman gue. Coba kalau beneran, berarti gue harus pulang ke Depok. Padahal rumah gue di Tangerang. Untuk bocah seusia gue saat itu. gue masih takut buat ditinggal jauh.
Setelah borgolnya dilepas, gue langsung bilang terima kasih dan minta maaf sama Paman gue. Dan saat itulah gue malah semakin malu karena ditertawakan oleh semua keluarga besar.
Balik lagi ke acara sebelumnya. Kejadian gue dulu itu memang memalukan buat gue. Dan mungkin untuk semua anak kecil seusia gue dulu. Makanya saat gue nonton tayangan itu, gue sempat berkhayal aja kalau pria tadi gak berhasil melepas tangannya dari borgol seperti gue waktu itu, lalu wajahnya pucat, kemudian nangis, dan akhirnya minta dilepasin. Tapi, semua itu hanya khayalan gue semata. Pada akhirnya, Pria itu bisa melepasakan tangannya dari jeratan borgol, bahkan juga jempolnya yang sama - sama ikut diborgol. Salut buat Pria tersebut.
Andai dulu gue kenal dia, gue mungkin bisa berguru sama dia. Kemudian gue lulus ilmu yang diajarkan, dan karena ada muridnya yang lulus, dia buka sekolah ilmu pelepasan borgol, lalu buka cabang di seluruh pelosok Indonesia, dan gue yakin pasti seluruh muridnya calon kriminal. Masalahnya, gue gak kenal Pria itu, dan lebih parahnya, itu cuma ada di khayalan gue.